SELAMAT DATANG DI BLOG LI 'ALAI MARDHOTILLAH (AL-ALAMAH IMAM AHMAD ZAELANI S)

Orang-orang yang paling Berbahagia tidak selalu memiliki yang terbaik. Mereka hanya berusaha menjadikan yang terbaik dari setiap yang hadir dalam hidupnya. Syukurilah apa yang sudah kita miliki dan merasa cukup atas setiap pemberiannya, Karena ini dalah kunci kebahagiaan

Rabu, 02 Februari 2011

Akhlak, Etika, Moral, Norma dan Nilai dalam Islam

ETIKA
A. Pengertian Etika
Dalam tradisi filsafat istilah etika lazim difahami sebagai suatu teori ilmu pengetahuan yang mendiskusikan mengenai apa yang baik dan apa yang buruk berkenaan dengan perilaku manusia. Dengan kata lain, etika merupakan usaha dengan akal budinya untuk menyusun teori mengenai penyelenggaraan hidup yang baik. Persolan etika muncul ketika moralitas seseorang atau suatu masyarakat mulai ditinjau kembali secara kritis. Moralitas berkenaan dengan tingkah laku yang konkrit, sedangkan etika bekerja dalam level teori. Nilai-nilai etis yang difahami, diyakini, dan berusaha diwujudkan dalam kehidupan nyata kadangkala disebut ethos.
B. Pemikiran etika di dalam filsafat
Sebagai cabang pemikiran filsafat, etika bisa dibedakan manjadi dua: obyektivisme dan subyektivisme. Yang pertama berpandangan bahwa nilai kebaikan suatu tindakan bersifat obyektif, terletak pada substansi tindakan itu sendiri. Faham ini melahirkan apa yang disebut faham rasionalisme dalam etika. Suatu tindakan disebut baik, kata faham ini, bukan karena kita senang melakukannya, atau karena sejalan dengan kehendak masyarakat, melainkan semata keputusan rasionalisme universal yang mendesak kita untuk berbuat begitu.
Aliran kedua ialah subyektifisme, berpandangan bahwa suatu tindakan disebut baik manakala sejalan dengan kehendak atau pertimbangan subyek tertentu. Subyek disini bisa saja berupa subyektifisme kolektif, yaitu masyarakat, atau bisa saja subyek Tuhan.
C. karakteristik Etika Islam
Berbeda dengan etika filsafat, etika islam mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. etika islam mengajarkan dan menuntut manusia pada tingkah laku yang baik dan menjauhkan dar tingkah laku yang buruk.
b. Etika islam menetapkan bahwa yang menjadi sumber moral, ukuran baik buruknya perbuatun, didasarkan pada ajaran Allah SWT.
c. Etika islam beersikap universal dan komprehensif, dapat diterima dan dijadikan pedoman oleh seluruh umat manusia.
d. Etika islam mengatur dan mengarahkan fitrahmanusia ke jenjang akhlak yangluhur dan meluruskan perbuatanmanusia.
MORAL
A. pengertian Moral
Moral secara etimologis berasal dari bahasa latin mores, kata jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan, susila. Dalam hal ini yang dimaksud adat kebiasaan adalah tindakan manusia yang sesuai dengan ide-ide umum yang diterima masyarakat, mana yang baik dan wajar. Oleh karena itu dapat diartikan moral adalah perilaku yang sesuai dengan ukuran-ukuran tindakan yang oleh umum diterima meliputi kesatuan sosial atau lingkungan tertentu.
B. Pembentukan Moral Melalui Pendidikan Agama

tujuan pendidikan adalah membentuk manusia berkualitas secara lahiriyah dan bathiniyah. Secara lahiriyah pendidikan menjadikan manusia bermanfaat bagi dirinya dan orang lain, serta dapat menentukan arah hidupnya ke depan. Sedangkan secara bathiniyah pendidikan diharapkan dapat membentuk jiwa-jiwa berbudi, tahu tata krama, sopan santun dan etika dalam setiap gerak hidupnya baik personal maupun kolektif. Hal ini mengandung arti bahwa pendidikan akan membawa perubahan pada setiap orang sesuai dengan tata aturan.
Selain itu agama juga mempunyai peran penting dalam dunia pendidikan, banyak ayat-ayat kauniyah yang menganjurkan umatnya untuk selalu belajar kapanpun dan dimanapun, atau dengan istilah long life education sebagai motivasi agama untuk dunia pendidikan. Misalnya wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW adalah tentang pendidikan, yaitu bagaimana kita membaca perkembangan diri sendiri, orang lain bahkan dunia dengan pengetahuan yang berorientasi agama (ketuhanan). Oleh sebab itu pendidikan agama (Islam) akan memberi “imunisasi” pada jiwa seseorang untuk selalu berada dalam jalan yang benar sesuai dengan ajaran agama itu sendiri, yang selalu mengajarkan kebenaran hakiki pada setiap aktifitas pemeluknya.
Pendidikan agama pada dunia pendidikan merupakan modal dasar bagi anak untuk mendapatkan nilai-nilai ketuhanan, karena dalam pendidikan agama (Islam) diberikan ajaran tentang muamalah, ibadah dan syari’ah yang merupakan dasar ajaran agama. Hal inilah yang menjadikan pendidikan agama sebagai titik awal perkembangan nilai-nilai agama pada anak.
Sebagai contoh, Allah SWT menganjurkan umatnya untuk bershadaqah, dengan shadaqah anak didik diharapkan peduli dengan masyarakat sekitar yang membutuhkan uluran tangah/bantuan. Shadaqah ini mengajarkan nilai-nilai sosial (muamalah) dalam berinteraksi di masyarakat. Dengan shadaqah seorang anak didik akan merasakan bahwa “saling membutuhkan” pada setiap orang adalah ciri dari kehidupan. Ini merupakan contoh kecil dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat.
Dari contoh di atas mengajarkan “simbiosis mutualisme” dalam kehidupan yang menjadikan suatu bukti bahwa betapa pentingnya nilai-nilai agama diajarkan kepada anak, dimana dalam dunia pendidikan dicakup dalam satu bidang garapan yaitu pendidikan agama. Pendidikan agama dalam kehidupan tidaklah sepenuhnya menjadi tanggung jawab guru di sekolah, melainkan juga orang tua sebagai contoh nyata dalam kehidupan anak. Bagaimana mungkin anak akan menjadi baik, jika orang tuanya hidup dalam ketidakbaikan. Oleh karena itu pendidikan agama harus ditanamkan kepada anak dimanapun ia berada, baik formal maupun non formal.
AKHLAK
A. Pengertian akhlak
Akhlak berasal dari kata “akhlaq” yang merupakan jama’ dari “khulqu” dari bahasa Arab yang artinya perangai, budi, tabiat dan adab. Akhlak itu terbagi dua yaitu Akhlak yang Mulia atau Akhlak yang Terpuji (Al-Akhlakul Mahmudah) dan Akhlak yang Buruk atau Akhlak yang Tercela (Al-Ahklakul Mazmumah).

Al-Akhlakul Mahmudah

Akhlak yang mulia yaitu akhlak yang diridhoi oleh Allah SWT , akhlak yang baik itu dapat diwujudkan dengan mendekatkan diri kita kepada Allah yaitu dengan mematuhi segala perintahnya dan meninggalkan semua larangannya, mencintai ajaran-ajaran dari sunnah Rasulullah SAW.
Telah sangat banyak teriwayatkan dalam hadist-hadist sahih hingga dho’if, sifat-sifat atau akhlak pribadi Rasul SAW kepada orang yang mencintainya maupun membencinya sekalipun dari orang-orang dewasa hingga anak kecilpun tau bagaimana budi pekertinya Rasulullah SAW pada zaman itu, adapun akhlak yang baik diajarkan oleh beliau SAW sebagai berikut terbagi dalam 4 macam:
1. Akhlak terhadap Allah SWT, bentuk akhlak terhadap Allah tercermin pada suatu hal yang dicintai Allah, menurut apa-apa yang membuat Allah meridhoi sesuatu
  1. siwak adalah menyucikan mulut dan membawa keridhoan Allah (Sahih Bukhari)
  2. sungguh Nabi SAW melihat bekas ludah yang mengering diarah kiblat, maka hal itu sangat membuat beliau sedih, hingga terlihat bekas kesedihan pada wajah beliau SAW, seraya berdiri dan membersihkannya dengan jarinya dan bersabda: “Jika diantara kalian berdiri untuk melakukan shalatnya, sungguh ia sedang berbicara pada Tuhannya”(Sahih Bukhari) dsb.
2. Akhlak terhadap orang lain
  1. memuliakan tamu
  2. tidak meninggikan suara
  3. memuliakan yang lebih tua
  4. memuliakan ulama
  5. memuliakan orang tua
  6. malu
  7. murah senyum
  8. bersikap lemah lembut
  9. ringan tangan(menolong tanpa pamrih), dsb.
3. Akhlak pada diri sendiri, sebagai hamba Allah, manusia diwajibkan untuk selalu bersikap tunduk dan patuh terhadap Allah Swt. Kepatuhan dan ketaatan bukan dipaksa melainkan datang dari kemauan hati, sesuai dangan dasar akal fikiran yang telah dianugerahkan oleh Allah SWT dan Allah tidak menyukai suatu yang berlebih-lebihan.
4. Akhlak pada lingkungan dalam kajian al-Qur’an dan Sunnah Rasul bentuk aktualisasi akhlak terhadap lingkungan dibedakan menjadi dua yaitu akhlak terhadap alam nyata dan akhlak terhadap alam ghaib.
Al-Ahklakul Mazmumah
Akhlak yang buruk itu berasal dari penyakit hati yang keji seperti iri hati, ujub, dengki, sombong, nifaq (munafik), hasud, suudzaan (berprasangka buruk), dan penyakit-penyakit hati yang lainnya, akhlak yang buruk dapat mengakibatkan berbagai macam kerusakan baik bagi orang itu sendiri, orang lain yang di sekitarnya maupun kerusakan lingkungan sekitarnya.
Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya dalam jasad itu terdapat segumpal daging, bila ia benar, maka seluruh anggota badan yang lain akan benar. Dan bila ia rusak, maka seluruh anggota badan yang lain akan rusak pula. Ingatlah sesungguhnya ia adalah hati. (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Cerminan tunggal akhlak mulia adalah Rasulullah SAW

Rasulullah SAW bersabda: “Aku dibimbingan pengajaran akhlak oleh Tuhanku, maka sebaik-baik bimbingan akhlak adalah bimbingan akhlak yang diajarkan padaku”
Sebagaimana sanadnya turun-temurun telah bersambung sampai kepada guru saya, yang juga telah dibimbing akhlaknya dari para ulama terdahulu, khususnya dari kota Tarim Hadramaut, Yaman Alhafidh Almusnid Alhabib Umar bin hafidz “maka sebaik-baik bimbingan akhlak adalah bimbingan akhlak yang diajarkan padaku”
Orang yang paling dicintai oleh Allah
Sabda Rasulullah saw :
“Sungguh yg paling kucintai diantara kalian adalah yg paling baik akhlaknya” (Shahih Bukhari)
(mengutip dari ceramah majelis rasulullah dimasjid almunawwar, www.majelisrasulullah.org)
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah kita lanjutkan acara kita, nanti syarah haditsnya akan dilanjutkan oleh beliau karena beliau ini hafal Shahih Bukhari dan syarahnya dan lebih dari 30.000 hadits. Demikian hadirin,
Kita mintakan kepada guru kita fadhilatul ustadz ad da’i illaAllah Sayyidil Habib Musa Al Kadhim bin Ja’far Assegaf untuk menyampaikan tausiyah beberapa menit lantas diterjemahkan oleh guru kita fadhilatul ustadz ad da’i ilallah Syekh Ridwan Al Amri lantas dilanjutkan beberapa menit. Demikian, tafadhol masykura..
Segala puji bagi Allah Swt yang telah mengumpulkan kita di tempat ini, shalawat dan salam kita haturkan kepada hadiratul Rasulullah Saw. Al Habib Musa bin Ja’far Assegaf, tamu kita dari kota Tarim, Hadramaut. Beliau membuka pembicaraannya dengan mengucapkan hamdalah dan bershalawat kepada Rasulullah Saw. Kemudian beliau mengatakn baru saja kita sama – sama mendengarkan sabda daripada Rasulullah Saw yang mana hadits itu keluar dari lisannya Nabi Muhammad Saw yang sudah pasti akan membawa keberkahan bagi kita yang mendengarkan hadits daripada Rasulullah Saw.
Kita tadi sama – sama mendengarkan sabda Rasulullah Saw bahwasanya “inna min ahabbikum ilayya ahsanakum akhlaq” sesungguhnya orang yang paling aku cintai dari ummatku adalah yang paling baik akhlaknya, yang paling aku cintai, kata Rasulullah Saw. Walaupun banyak, seperti membaca Alqur’an itu orang – orang yang dicintai Allah Swt. Orang yang banyak berdzikir orang yang dicintai oleh Allah Swt. Akan tetapi hadits ini memperkuat bahwasanya orang yang paling dicintai oleh Rasulullah Saw dari kalian semua adalah yang akhlaknya paling bagus.
Alhamdulillah, berkat taufiq dari Allah Swt, Allah memberikan kita kemudahan untuk bisa kita berbuat amal – amal yang taat sehingga kita menjadi orang – orang yang dicintai oleh Rasulullah Saw maka ketahuilah apabila kita ingin dijadikan orang – orang yang paling dicintai oleh Allah Swt, ini ada jalur yang paling cepat yaitu bagaimana memperbagus akhlak budi pekerti kita sebagaimana Rasulllah Saw.
Kita semua mampu untuk mengajak orang, bagaimana mereka bisa mencontoh akhlak Rasulullah Saw yang baik. Sebagaimana Allah Swt menciptakan yaitu manusia dengan bentuk dan rupa yang paling baik. “Laqad khalaqnal insaana fii ahsani taqwiim” sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. QS. At-Tiin : 4.,, Maka manusia diciptakan oleh Allah Swt melebihi daripada makhluk Allah yang lainnya.maka dari itu kita diajarkan oleh Baginda Rasulullah Saw, apabila seorang mukmin ia berkaca di depan kaca, ia melihat bentuk dan rupa yang diberikan oleh Allah Swt kepada dirinya, akan tetapi bentuk rupa yang dhahir terlihat maka jangan lupa juga kata Rasulullah Saw yaitu akhlak atau budi pekerti yang baik. Sehingga Nabi Muhammad Saw mengajarkan kepada kita satu dia apabila kita berkaca ,“Allahumma kamaahassanta khalqiy fahassin khuluqiy” (doa ketika bercermin) Ya Allah sebagaimana Engkau sempurnakan bentuk dan rupaku, Engkau perindah bentuk dan rupaku, Engkau perbaiki juga bagaimana bathinku yaitu dengan akhlak yang mulia. Ketahuilah! Bentuk dan rupa yang dhahir yang apabila rupa kita kurang baik, niscaya akhirnya kita meninggal dunia, apabila dikubur selesai itu bentuk dan rupa yang tidak baik. Akan tetapi bentuk rupa yang bathin, yang tidak terlihat terkecuali dilihat oleh orang – orang tertentu yang diijinkan oleh Allah Swt yaitu akhlak yang mulia dan itulah akan terus terbawa kepada orang ini sampai nanti hari kiamat berjumpa dengan Allah Swt. Sebagaimana kita merawat diri kita, merawat bentuk rupa kita pun, kita diajarkan oleh Baginda Rasulullah Saw untuk memperbaiki akhlak kita, budi pekerti kita sehingga Allah Swt melihat bukan hanya dhahir kita akan tetapi bathin kita juga.
Jadi tadi, Alhabib Musa mengatakan seseorang apabila ingin berakhlak mulia sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw, disamping ia berusaha jangan pula lupa ia memohon dan berdoa kepada Allah Swt. Sebagaimana Nabi Muhammad Saw pun berdoa di dalam doa – doanya. Beliau saw berdoa kepada Allah Swt agar Allah memberikan petunjuk kepada beliau saw, agar beliau saw diberikan kesabaran oleh Allah Swt. Telah berapa banyak cobaan dan penderitaan yang dialami oleh Rasulullah Saw. Nabi Saw mendapatkan cobaan, yaitu mendapatkan gangguan maka Nabi saw sabar untuk menghadapi gangguan daripada orang – orang kafir quraisy. Akan tetapi segala gangguan yang dialami oleh Rasulullah Saw dan penderitaan yang dirasakan oleh Nabi Muhammad Saw, itu semua dihadapi oleh Nabi Muhammad Saw yaitu orang – orang kuffar bermuamalah dihadapan Rasul saw dengan muamalah yang tidak baik. Tingkah laku mereka yang buruk kepada Nabi saw, akan tetapi dengan akhlaknya Rasulullah Saw, beliau tidak membalas dengan sesuatu yang tidak baik. Akan tetapi Rasulullah Saw membalas segala perbuatan mereka yang jelek dengan perbuatan yang baik. Itulah akhlak yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw.
Sehingga Allah Swt memuji kepada Nabi Muhammad Saw di dalam Alqur’anulkarim. Yang dipuji bukan dari kesabarannya, yang dipuji bukan dari ibadahnya, padahal Nabi Muhammad Saw banyak beribadah kepada Allah Swt. Sehingga diriwayatkan dari banyaknya ibadah Nabi Muhammad Saw, dari qiyamullailnya Nabi saw sampai bengkak kedua telapak kaki beliau. Akan tetapi semua perbuatan Nabi Muhammad Saw, ibadah – ibadah, amal – amal Nabi Muhammad Saw yang dipuji oleh Allah Swt didalam Alqur’an “wa innaka la a’la khuluqin adzim” sesungguhnya engkau Ya Rasulullah didalam budi pekerti yang sangat agung. QS. Al Qalam : 4. Sesungguhnya Rasul saw sungguh benar – benar berada didalam budi pekerti yang sangat tinggi dan agung disisi Allah Swt. Kalau kita manusia yang biasa, mungkin kita bisa berakhlak tapi akhlaknya al hasanah. Perbuatan akhlak yang bagus, tidak dikatakan akhlak kita agung. Tidak ada yang berbuat akhlak yang bagus dikatakan akhlaknya agung. Akan tetapi akhlak yang agung ini hanyalah diberikan oleh Allah Swt kepada Baginda Rasulullah Saw. Sehingga akhlaknya Nabi saw yang begitu agung menutupi segala hal yang lainnya.
Tidak dipuji, “wa innaka la a’la ilm adzim” sesungguhnya engkau didalam ilmu yang begitu agung. Sesungguhnya engkau dalam sabar yang agung. Akan tetapi Allah Swt memuji kepada Nabi Muhammad Saw “wa innaka la a’la khuluqin adzim”. Maka keluarlah pujian yang diberikan oleh Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw bagaimana akhlaknya Nabi Muhammad Saw sehingga mereka yang tadinya musuh – musuh Nabi saw. Orang – orang kafir masuk ke dalam agama Islam, mereka taat kepada Nabi Muhammad Saw, karena apa? Bukan hanya dari kesabaran Nabi saw tapi melihat bagaimana akhlaknya Rasulullah Saw.
Dikatakan bahwa (saya belum bawa ucapan beliau tadi) ,Rasul saw mengatakan “wakhaaliqunnaasi bikhuluqin hasan” pergauli manusia, engkau bergaul (bermuamalah) sesama manusia (dengan baik) bukan dengan perbuatan yang lain. Akan tetapi dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw, diajarkan oleh Baginda Rasulullah Saw maka diperintahkan bergaulah kepada orang lain dengan akhlak yang baik. Maka disini akhlak yang mulia bisa melebihi daripada amalan – amalan yang lain bahkan melebihi derajat orang – orang yang shalih, orang – orang yang banyak shalatnya dengan akhlak yang mulia. Maka banyak hadits, kalau seseorang mungkin banyak puasanya, shalat sunnahnya banyak, akan tetapi dia tidak mempunyai akhlak yang baik maka ini derajatnya rendah di mata Allah Swt dibanding orang yang tidak banyak berpuasa, tidak banyak shalat sunnah, akan tetapi akhlaknya mulia, budi pekertinya agung maka orang ini derajatnya lebih tinggi disisi Allah Swt. Sebagaimana disabdakan oleh Baginda Rasulullah Saw “ada sebagian manusia, yaitu seseorang laki – laki maupun perempuan ia dengan akhlaknya yang baik bisa melebihi derajatnya orang – orang yang berpuasa dan derajatnya orang – orang yang bangun di malam hari”.
Diperhatikan ikhwani bahwasanya Rasulullah Saw yang mulia itu, yang sangat agung bukan hanya diketahui oleh para sahabat Nabi Muhammad Saw. Bukan hanya orang – orang mukminin yang mengetahui akhlak dan budi pekerti beliau saw yang sangat agung itu, akan tetapi mereka para orang – orang kafir, mereka orang – orang munafik, musuh Rasulullah Saw, mereka mengetahui budi pekerti dan akhlak daripada Rasulullah Saw yang mulia dan sangat agung. Bahkan diriwayatkan daripada akhlak beliau yang sangat agung, sampai anak – anak kecil mengetahui bagaimana akhlaknya Rasulullah Saw yang sangat mulia.
Sehingga Rasul Saw mempunyai kebiasaan, kalau beliau pulang dari peperangan, beliau kumpul bersama semuanya, anak – anak kecil yang masih berumur kecil, mereka berbaris dihadapan Nabi Muhammad Saw. Terkadang di barisan depan itu adalah Sayyidina Ja’far bin Abu Tholib, Sayyidina Hasan wa Husein dan beberapa sahabat sampai shaf yang kedua dan ketiga dan Rasul saw duduk di hadapan mereka sambil melihat mereka semua, Rasulullah Saw mengatakan sayembara kepada mereka “hai anak – anak sesungguhnya aku menyembunyikan sesuatu di ketiakku ini atau di pakaianku. Barangsiapa yang cepat mengambil apa yang aku sembunyikan maka dia akan mendapatkan hadiah dariku, silahkan mengambil sesuatu yang aku sembunyikan di pakaianku”. Maka semua anak – anak yang berbaris di depan Rasulullah Saw, satu – persatu dari mereka berlomba – lomba mendatangi menghampiri Rasulullah Saw, ada yang datang dari belakang, ada yang datang dari dadanya Rasulullah saw, ada yang datang dari kepalanya Rasul saw, mereka berebutan mengambil sesustu yang disembunyikan oleh Rasulullah Saw dan beliau diserbu oleh anak – anak kecil, beliau saw tertawa dengan gembira melihat tingkah laku anak – anak yang memperlakukan Rasulullah Saw. Inilah akhlak, inilah budi pekerti yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw sehingga beliau saw dicintai oleh ummatnya.
Beliau (Alhabib Musa) menceritakan bagaimana akhlak Rasulullah Saw yang perlu kita contoh. Pada suatu hari Nabi Muhammad Saw sedang duduk dengan para istri – istrinya, Sayyidah Hafsah, Sayyidah Zainab, Sayyidatuna Aisyah dan yang lainnya duduk bersama Rasulullah Saw. Dan mereka para istri Nabi saw kumpul bersama Rasul saw mereka tertawa dan dari mereka ada yang mengangkat suaranya di hadapan Sang Nabi saw. Satu sama lainnya saling bercanda di hadapan Nabi Muhammad Saw dan beliau saw meladeni dan melayani bagaimana istri – istrinya. Tidak lama kemudian, sedang asyik – asyiknya mereka para istri – istri Nabi Muhammad Saw bersama Sang Nabi sedang bercanda, tiba – tiba terdengar suara ketukan pintu. Tatkala didengar suara ketukan pintu, “Assalamu’alaikum” dilihat Sayyidina Umar bin Khattab maka semua para istri Nabi saw yang tadi sedang asyik duduk bersama Nabi Muhammad Saw, sedang bersenda gurau bersama Sang Nabi saw, mereka semua mengenakan hijab (cadar) nya. Yang tadinya membuka kerudungnya, mereka semua kembali memakainya dan menutup cadarnya sampai mereka semua masuk ke dalam kamar, bersembunyi tidak mau lagi duduk dengan Rasulullah Saw karena datang Sayyidina Umar bin Khattab. Maka Sayyidina Umar bin Khattab setelah masuk, Rasulullah Saw tertawa melihat Sayyidina Umar bin Khattab. Maka Sayyidina Umar melihat Rasulullah Saw yang tertawa gembira sampai geli hatinya Rasulullah Saw, semoga Allah mendengarkan engkau ya Rasulullah. Demi Allah Swt membuat engkau gembira ya Rasulullah saw, sebagaimana engkau dibuat gembira oleh Allah Swt. “apa yang membuat engkau tertawa ya Rasulullah?” maka Rasulullah Saw mengatakan “tadi sebelum engkau datang, semua istri – istriku sedang berkumpul, sedang bercanda gurau denganku, kemudian tatkala engkau datang, mereka masuk ke dalam menutup cadarnya dan bersembunyi”. Maka Sayyidina Umar bin Khattab berteriak dari depan “hai para istri – istri Nabi saw, kalian lebih takut kepadaku daripada Rasulullah Saw? Rasulullah lebih berhak, lebih pantas untuk ditakuti daripada aku?” Maka menyahut salah satu istri daripada Nabi Muhammad Saw “ya Umar benar, kami lebih takut padamu, kami tidak takut daripada Rasulullah Saw karena kami mengenal engkau adalah orang yang keras maka kami takut. Nanti kalau kami tertawa, engkau akan memarahi kami. Akan tetapi kalau kami tertawa, kami bercanda dihadapan suami kami yaitu Rasulullah Saw, beliau saw tidak pernah memarahi kami”. Maka Sayyidina Umar bin Khattab melihat keadaan ini, beliau terdiam. Dan Rasul saw tertawa (Shahih Bukhari).
Diriwayatkan bahwasanya daripada akhlaknya Rasulullah Saw pernah satu kali Rasulullah Saw didatangi daripada anak dari seorang munafikin yaitu Abdullah bin Ubay. Ia terkenal di Madinah, ia meninggal dunia. Tatkala ia mati, anak – anaknya daaing mendatangi Rasulullah saw “ya Rasulullah aku minta kain kafan untuk mengkafani ayahku yang sudahmeninggal dunia” maka Rasulullah Saw mengatakan “baik” padahal Rasul saw tahu ini orang munafik, maka diberikan kain oleh Rasul saw untuk mengkafani ayahnya yang meninggal itu. Maka Rasul saw daripada akhlaknya Rasulullah saw “coba engkau memberitahu sebelumnya maka aku akan datang dan menyolati ayahmu itu” maka anak itu berkata “ya Rasulullah boleh disholati” maka Rasulullah datang dalam pekuburannya. Sudah seelsai dikafankan dan dikuburkan, Rasulullah saw menyolatkannya. Tatkala Rasul saw menyolatkan diatas kuburnya itu, Sayyidina Umar bin Khattab sedih mengetahui hal ini, Sayyidina Umar mengingatkan kepada Rasulullah saw “ya Rasulullah engkau tahu ia ini munafik, tidak akan diridhoi seorang munafikin, kenapa engkau sholatkan?” berkata Rasulullah Saw “ya Umar belum ada larangan dari Allah Swt untuk aku menyolatkan kepadanya walaupun ia orang munafik”. Maka disholatkan oleh Rasul saw seblum turun ayat “wala tusholli a’la…wala ” jangan sekali – kali kalian menyolatkan salah satu dari orang munafik. Rasulullah saw melarang menyolatkan jenazah daripada orang munafik dan tidak boleh berdiri di kuburannya atau pekuburan mereka. Maka dikatakan oleh ahli tafsir setelah turunnya ayat ini “beruntung kepada munafikin Abdullah bin Ubay bahwasanya ia mendapatkan ampunan dari Allah Swt berkat shalatnya Rasulullah Saw untuknya”. Lihat akhlaknya Rasulullah Saw, beliau saw tahu ini orang munafik tapi beliau saw mendatanginya bukan hanya memberikan kain kafan tapi menyolatkannya.
Maka kita berusaha agar bagaimana akhlak kita menjadi akhlak yang baik. Sebagaimana yang dicontohkan oleh Baginda Rasulullah saw. Kita selalu memohon dan meminta kepada Allah Swt disamping kita berusaha, kita juga berdoa sebagaimana Baginda Rasulullah Saw mengajarkan kepada kita bagaimana beliau saw berdoa dan meminta kepada Allah Swt untuk diberikan petunjuk dan menjadi amalan – amalan yang paling baik. Diantaranya yaitu akhlak yang mulia. Maka Rasulullah saw mengajarkan kita, apabila seseorang ingin bercermin ucapkanlah “Allahumma kamaahassanta khalqiy fahassin khuluqiy” maka sebagaimana Engkau memperbaiki bentuk dan rupaku Ya Allah, maka perbaikilah juga akhlakku. Yang dhahir minta diperbaiki oleh Allah dan yang bathin juga minta diperbaiki oleh Allah. Kita adalah manusia tidak sama dengan hewan, kita tidak sama dengan tumbuh – tumbuhan. Tumbuh – tumbuhan kalau mati kembalinya kepada tanah, kalau binatang mati kembalinya menjadi tanah, itu pepohonan kalau mati akan kembali menjadi tanah. Akan tetapi engkau wahai manusia apabila engkau meninggal dunia engkau bukan kembali kepada tanah, walaupun jasadmu dilianglahatkan ke dalam tanah akan tetapi ruhmu akan kembali kepada Allah Swt. Ruhmu naik keatas menghadap Allah Swt, akan menghadap Allah Swt apabila sebagaimana kita yaitu ruh kita, santapan rohani kita. Akhlak mulia yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw itu akan mengangkat derajat kita.
Dikatakan bahwasanya dengan akhlak yang mulia, seseorang bisa mengalahkan daripada amalan – amalan orang yang berpuasa, amalan – amalan orang yang shalat qiyamullail. Mungkin engkau bisa shalat, membutuhkan waktu 4 jam. Mungkin hal seperti ini membutuhkan waktu 4 jam atau berpuasa sekian bulan engkau berpuasa sunnah. Akan tetapi dengan perbuatan akhlak yang mulia, budi pekerti yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw bisa mempercepat naiknya derajatmu disisi Allah Swt. Maka dari itu marilah kita berusaha sebagaimana dhahiran kita diperbaiki oleh Allah Swt dalam bentuk rupa yang baik danjangan lupa juga kita memperbaiki yaitu bentuk bathin kita, akhlak kita yang telah dicontohkan oleh Baginda Rasulullah Saw, bagaimana kita bisa berakhlak yang mulia sebagaimana akhlaknya Rasulullah Saw.
Dikatakan mudah – mudahan Majelis Rasulullah Saw ini dilimpahi keberkahan. Majelis seperti ini dicintai Nabi saw, majelis seperti ini menggembirakan hati Nabi saw yang banyak hadir di majelis ini kaum pemuda – pemudi, anak – anak, anak – anak muda ini yang paling dicintai oleh Nabi Muhammad Saw. Karena di dalam setiap peperangan banyak didapati daripada kaum pemuda. Pernah satu kali Sayyidina Abdurrahman bin Auf, sahabat Rasulullah Saw tatkala beliau sedang didalam barisan beliau menengok ke sevelah kanan didapati semua banyak anak – anak muda, beliau menengok ke sebelah kiri rata – rata yang ada anak – anak muda. Maka tiba – tiba sedang asyiknya sudah siap menghadapi musuh, tiba – tiba ada dikutan dari samping kanannya Sayyidina Abdurrahman bin Auf, ada yang nyolek Sayyidina Abdurrahman bin Auf maka Sayyidina Abdurrahman bin Auf menoleh ke sebelah kanannya. Ini ada anak kecil belum begitu besar, umurnya belasan tahun, “apa yang kau mau, apa yang kau inginkan wahai anak muda?” anak itu berkata “wahai Abdurrahman tunjukkan padaku mana yang namanya Abu Jahal?” ini anak muda ikut perang mau mencari mana yang namanya Abu Jahal. “untuk apa kau mencari Abu Jahal”, kata Sayyidina Abdurrahman bin Auf. Anak itu menjawab “telah sampai kepadaku kabar bahwasanya Abu Jahal itu yang selalu menyakiti Rasulullah Saw. Waktu di kota Makkah, belum hijrah ke Madinah sampai kabar kepadaku bahwasanya Abu Jahal ini orang yang selalu menyakiti Rasulullah saw, orang yang selalu mengganggu Rasulullah saw, maka tolong kau beritahu padaku ya Abdurrahman mana itu Abu Jahal, aku ingin membunuhnya?”.
Belum selesai anak ini berbicara ada colekan lagi dari sebelah kiri “ada apa ini?” Sayyidina Abdurrahman menoleh anak muda juga, pertanyaannya sama dengan yang sebelah kanan. Sayyidina Abdurrahman bin Auf berkata “untuk apa kau mencari – cari Abu Jahal”, berkata sang anak “telah sampai kepadaku bahwasanya Abu Jahal ini adalah musuh Allah yang banyak menggoda dan mengganggu Rasulullah Saw di Makkah”. Maka Sayyidina Abdurrahman bin Auf melihat semangat dari si anak muda ini, tidak lama kemudian Sayyidina Abdurrahman bin Auf melihat itu yang namanya Abu Jahal dikelilingi oleh para musuh – musuh yang lain. Panah disebelah kirinya dan disebelah kanannya Abu Jahal, maka tatkala Sayyidina Abdurrahman bin Auf mengatakan kepada yang di sebelah kanannya “hai anak muda itulah yang namanya Abu Jahal”. Belum sempat memberi saran, memberi petunjuk “hai hati – hati Abu Jahal orang jahat”, belum sempat mengatakan itu langsung anak muda itu tanpa tawar – menawar langsung terjun dihadapinya itu Abu Jahal, ia lemparkan tombaknya ke dada Abu Jahal. Si anak sebelah kiri bertanya “mana itu Abu Jahal?” Sayyidina Abdurrahman berkata “itu”. Langsung si anak terjun menghadapi Abu Jahal, ia senang ingin membunuh Abu Jahal karena kebenciannya kepada Abu Jahal karena Abu Jahal sering menyakiti Rasulullah Saw. Lihat kaum pemuda dimasa Nabi Muhammad Saw, mereka rela mengorbankan nyawa mereka demi Nabi Muhammad Saw. Mereka para pemuda – pemuda yang sangat dicintai oleh Rasulullah Saw.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar